Selasa, 18 Maret 2008

Dialog saia dengan semut; dialog cinta dan kemunafikan.


Semut : …

Saia : kok diem?

Semut : …

Saia : …

Semut : kok diem?

Saia : habisnya kamu juga diem.

Semut : soalnya saia takut terkontaminasi sama kamu!

Saia : ha ha…

Semut : kok ketawa?

Saia : abisnya kamu tu aneh? Seharusnya saia yang takut terkontaminasi sama kamu.

Semut : kok bisa?

Saia : iya, soalnya saia ini bukanlah manusia baik-baik, sujud sama tuhan saja jarang-jarang apa bisa dikatakan baik? Trus kamu, kamu punya banyak inspirasi buat saia akan kebesaran tuhan, tapi tetep saja saia munafik. Banyak salah saia sama tuhan, tapi tetep saja sok bener. Saia malu..,

Semut : ehmm…

Saia : malu sama saia, sama kamu, sama tuhan.

Semut : setiap kata kita itu doa…,

Saia : tapi kata-kata saja banyak yang ga ada gunanya..umpatan, cacian, kemunafikan… apa itu juga termasuk doa? Doa untuk mencelakakan saia sendiri?

Semut : kamu bikin banyak orang tertawa?

Saia : tetep saja saya munafik..

Semut : kenapa?

Saia : karena saia menangis saat mereka tertawa.

Semut : trus…?

Saia : banyak hal yang perlu saia perbaiki, tapi tidak pernah ada yang bisa mempercayai saia.

Semut : susah emang buat mempercayai seseorang, tapi saia bakalan mencoba buat percaya kamu?

Saia : makasi, setidaknya masih ada yang mau coba. Saia bakalan berusaha buat kamu tidak kecewa.

Semut : cobalah bicara jujur.

Saia : sudah, dan hasilnya tidaklah begitu menyenangkan. Orang-orang yang saia sayangi menjauhi saia ketika saia berkata jujur. Bahkan mereka tidak percaya akan kejujuran saia, saia sudah di cap pembohong karena status saia, sebagai orang ga baek-baek. Mereka pergi karena saia pengen ngomong sebenarnya, saia merasa diasingkan oleh kejujuran saia.

Semut : …

Saia : ehmm…

Semut : kenapa kamu tersenyum? Ada yang lucu dari saia?

Saia : tidak, saia tersenyum karena saya tidak mungkin menertawakan diri saia sendiri, saia sekarang sadar mengapa begitu sulit untuk menemukan kejujuran, karena kejujuran itu begitu mahal, mahal sekali.

Semut : saia akan menemani kamu.

Saia : sampai kapan? Satu tahun? Dua tahun? Tiga tahun? Empat tahun? Berapa?

Semut : sampai kamu mengatakan sebuah kejujuran pada saia.

Saia : mungkin saia harus terus berbohong agar saia bisa terus bersama kamu.

Semut : …

Saia : …

Semut : kenapa diam?

Saia : saia sudah terlalu banyak bicara, saia takut sedikit kejujuran saia akan segera menghilangkan kamu dari saia.

Semut : janganlah seperti itu, masih ada tuhan yang bersama kita. Kamu ga sendirian.

Saia : saia terlalu cengeng untuk sebuah dialog bersama tuhan, saia malu.

Semut : mari buat pengakuan kejujuranmu.

Saia : kamu tidak akan meninggalkan saia?

Semut : …

Saia : semua ada konsekuensinya, semua ada titik balik yang sudah diatur sama tuhan. Baiklah.

Semut : …

Saia : saia pernah mempunyai seseorang yang teramat saia sayangi,salah satu inspirasi kehidupan saia yang diberikan tuhan, kami berada di ujung-ujung pulau negeri ini, jarang sekali bertemu. Tapi saia sangat percaya dia. Percaya banget. Saia juga berharap dia demikian juga, mempercayai saia meskipun dengan setatus saia sebagai manusia ga baek-baek, itu sangat sulit. Tapi semua bisa bertahan sampai beberapa waktu, waktu yang menyenangkan. Sampai suatu waktu, saia bertemu seseorang yang lain dan secara sadar saia menyukai seseorang ini, karena sesuatu dan lain hal. Tapi akhirnya saia tidak pernah bersama seseorang yang baru ini dan saia mengatakan hal ini pada seseorang yang teramat saia sayangi di ujung pulau ini, berharap saia bisa menjaga kepercayaan yang diberikannya pada saia, saia tidak pernah menduakaannya. Demi tuhan.

Semut : lalu…

Saia : saia tidak tahu, dia tidak menerima permintaan maaf saia. Sekarang dia bersama seseorang yang lain.

Semut : kamu sedih?

Saia : sangat.

Semut : ...

Saia : saia sudah berusaha sampai diluar batas kemampuan saia, tapi pasti tuhan punya niat lain.

Semut : contohnya.

Saia : saia mencoba untuk menjelaskan lagi,sebuah penjelasan beberapa ratus kilometer. Tapi belum berhasil. Menunggunya, tapi sampai kapan? saia terlalu idealis ya? ato munafik saia kumat?

Semut : …

Saia : saia pengen berubah.

Semut : berubah untuk mendapatkan dia kembali?

Saia : salah satunya, jika dia dan tuhan masih berkehendak. Tapi yang pasti saia pengen berubah untuk diri saia, untuk kehidupan saia, untuk lingkungan saia, untuk tuhan.

Semut : …

Saia : …(plis, jangan pergi.)

Tidak ada komentar: