Sejenak aku berharap akan keadilan
Keputusasaan akan rasa aman,
Adil, dan nyaman …
Di negri sendiri
Diatas bangkai aku berjalan
Mengitari seperempat negri yang haus akan darah
Darah darah pebangsat yang terus menebarkan bau-bau bangkai
Diantara telapak kaki penuh nanah.
Aku rindu akan semerbak kemboja, melati, atau kembang tujuh rupa?
Yang tergunting kejamnya materi penuh ambisi.
Terkapar diantara relung religi yang DIPERTANYAKAN?
Diterkam kungkungan moral yang diPERDEBATKAN
Di kukus oleh rasa Munafik yang SOMBONG .
Aku rindu akan sentuhan panas birahi kotaku yang Sejuk
Terkotori oleh limbah komersialisme hambar dari neraka birokrat
Tercabik oleh cakar-cakar tender kaum picik materiil
Terkotori mulut-mulut sampah tersumpal nanah
Terbias dengan debat akan Kebobrokan kemaluan yang tak ka n pernah padam
Terkapar dengan luka sayatan lidah dupa pentung usir lalat ijo yang wangi.
Aku bosan akan ijo royo-royo yang takpernah kunikmati
Aku bosan akan negriku yang adil tapi tak pernah kurasakan
Aku muak dengan religi yang arif penuh kemunafikan
Aku bosan semerbak wangi kemboja yang dulu pernah hidup diantara kaum MATI.
Negriku terbelah,
Oleh haram jadah mancuk mowo jaran
Terpukul pahitnya rasa indah mowo ijo royo-royo
Terpanggang oleh getir manis gemah ripah loh jinawi
Terjajah oleh negri sendiri.