Senin, 30 Juli 2007

KETIKA ANAK-ANAK DEWASA BEGITOE TJEPAT..

Ketika saya masih kelas 5 SD, itu pertama kalinya saya bersama teman-teman saya mengenal yang namanya TV berwarna, sebelumnya TV di rumah saya adalah TV hitam putih dengan chanel TPI (pas siang hari) dan TVRI ketika siang menjadi sore, sampai malam. Yup, ketika itu listrik baru aja muncul di desa saya, sebelumnya untuk menghidupkan TV hitam putih keluarga kami, kami menggunakan aki mobil bekas truk yang udah soak pastinya jadi untuk melihat TV sampai malem, kami harus mengistirahatkan aki setiap 1 jam selama 10-15 menit.

Acara TVRI yang paling kami nanti waktu itu adalah acara kartun sebelum magrib, karena setelah berita pukul 7 sudah tidak ada lagi acara untuk anak-anak. Dan setelah saya mengenal TV berwarna saya masih ingat betul saya sangat suka dengan Maissy (sori kalo tulisannya salah), cikita meidy, Joshua, enno lerian, agnes monica (ampe sekarang tetep cinta banget ma ni anak!! He he), dan beberapa artis cilik waktu itu, bahkan acara maissy yang tiap sore muncul di TV (pada waktu itu SCTV) dengan koleksi lagu anak-anaknya tidak pernah luput dari jam TV saya. Karena emang saya suka dengan lagu-lagu mereka (pada usia saya waktu itu, kelas 5-an SD gtu.) walaupun daya ingat saya untuk menghafal lagu-lagu itu ga terlalu baik tapi tetap saja saya ga bosan dengan lagu-lagu mereka.

Anak-anak begitu di manja dengan acara TV yang memang untuk usia mereka sebut saja tralala-trilili, acaranya maissy tadi, si unyil juga masih ada,, pada waktu itu emang ga ada kode apakah acara itu perlu pengawasan orang tua, dewasa atau semacamnya karena memang pada waktu itu seingat saya kalo udah berita pukul 7 emang udah ga ada acara untuk anak-anak.

Tapi saat ini, sebuah ironi memang sedang terjadi di lingkungan kita jarang kita temui di pasar-pasar ato di agen-agen kaset bajakan maupun resmi lagu-lagu anak ataupun penyanyi cilik, adapun paling mereka menyanyikan lagu-lagu lama yang hits tapi tetap aja mereka ga akan Nampak di permukaan. Yang ada adalah anak-anak usia SD sekarang bernyanyi tentang cinta dan patah hati, apakah mereka kenal dengan penyanyi cilik, saya rasa cuman segelintir aja yang tau. Dan saya yakin mereka akan dengan fasih menyebut Radja, Peterpan, Dewa, Dewi-dewi, ratu, Samson, Nidji , Astrid, dan sederet penyanyi dewasa lainnya sebagai artis pujaan mereka. Salahkan? Oh, tentu tidak. Ga ada yang salah menidolakan mereka. Cuman yang harus menjadi perhatian kita adalah, ketika anak disuguhi dengan sebuah segmen yang jauh diatas mereka. Mau dibawa kemana kah generasi kita ini?

Ketika kita perhatikan, kemana penyanyi-penyanyi cilik kita? Yup! Mereka jadi artis sinetron bersegmen dewasa, berakting nangis, menjadi super antagonis dan menindas teman lain dengan mimic yang dibuat sejahat mungkin?! Ya ada emang yang bersegmen anak-anak, tapi teramat sangat minim sekali. Bisa kita hitung dengan jari. Itu pun durasinya tidaklah sepanjang milik mereka yang dewasa.

Ketika kita perhatikan, TV yang sekarang sangat mudah untuk kita saksikan dari anak-anak mbrojol ampe kakek nenek bias mengakses TV, tapi yang perlu kita perhatikan adalah ketika acara-acara TV teramat sangat tidak mendidik, sebut saja infotainment yang dari subuh sampe subuh lagi selalu ada di tiap chanel, dan yang pasti ini sangat tidak tepat buat anak-anak.

Atau sinetron dan FTV yang sekarang sedang marak menayangkan cerita yang tidak jauh dari CINTA, UANG, KEKUASAAN, INTRIK, DENDAM, dan MENGHALALKAN SEGALA CARA. OK lah dipojok layar TV kita ada symbol itu untuk dewasa atau anak-anak, perlu pengawasan kita. Tapi apakah semudah itu, acara TV menjadi sebuah senjata mematikan karakter anak-anak generasi kita. Bagaimana tidak ketika seharusnya mereka menimba ilmu pengetahuan , mereka disuguhi dengan cerita-cerita cinta, kekerasan dan intrik yang ditayangkan disaat-saat yang sangat mudah untuk di tonton oleh anak-anak.

Jadi tidak salah jika kita mendengar ada anak SD sudah pacaran ato anak SMP yang dengan buasnya mencabuli temannya sendiri, anak seusia SD-SMP tersangkut dengan kasus obat-obatan terlarang, kekerasan, ato pembunuhan. Masih ingat dengan jelas ketika beberapa anak dengan sengaja ato tidak “membunuh” temannya sendiri karena terinspirasi dengan SMACK DOWN, bahkan tidak jarang kita dengar dan saksikan ada anak-anak yang tega membunuh temannya sendiri dan ironisnya adalah pembunuhan ini berencana. Pencabulan maupun kasus-kasus lain yang seharusnya tidak di lakukan oleh usia anak-anak sekarang begitu mudah kita jumpai. Sudah saatnya kita berfikir, mau dikemanakan generasi kita?? Akankah kita biarkan mereka menjadi korban hanya untuk kepentingan mendongkrak rating?? Mari kita berfikir bersama…

Senin, 16 Juli 2007

ketika saya sedang bingung?

ketika saya sedang BINGUNG, ya kebingungan akan kenapa hidup ini berjalan tidak melulu seperti yang kita inginkan, bingung dengan apa yang kita pikirkan sendiri tanpa memperhatikan sisi lain kehidupan kita, egois.
kita hidup ga sendiri, kita hidup juga ga berjalan dengan sendirinya. semua ada yang ngatur, semua ada yang menjalankan. bukan kita? ya, bukan kita. kita hanya pelaku yang sebenaranya udah di setting dengan beberapa settingan dasar.
settingan dasar? yup. settingan dasar yang sebenarnya bisa kita modif dengan tingkat intelegensia kita masing-masing, dengan kepakaan hati dan pikiran kita sendiri-sendiri, dengan pola kehidupan kita bermasyarakat, dengan kehidupan yang sudah di anugrahkan kepada kita. untuk lebih baik, bukan untuk dirusak, bukan dihancurkan...

Sabtu, 14 Juli 2007

this is me, apa adanya...


hai...
narsis ya Q? terserah deh!!! coz i think narsis not crime.....
jah bless.